“Indeed, those who have believed and done righteous deeds – their Lord will guide them because of their faith. Beneath them rivers will flow in the Gardens of Pleasure. Their call therein will be, ‘Exalted are You, O Allah,’ and their greeting therein will be, ‘Peace.’ And the last of their call will be, ‘Praise to Allah, Lord of the worlds!’” (From The Holy Quran)

Selain berperan sebagai utusan Allah SWT, Nabi Muhammad SAW juga memiliki peran sebagai ayah. Beliau memiliki putra dan putri yang dilahirkan dari Sayyidah Khadijah dan Mariyah Al-Qibthiyah.

Nabi Muhammad SAW diketahui memiliki tujuh anak. Dari jumlah tersebut, enam anak dilahirkan oleh Sayyidah Khadijah binti Khuwailid, sementara satu anak lainnya lahir dari Mariyah Al-Qibthiyah.

Nama Istri Nabi Muhammad SAW, Patut untuk Diketahui!

Putri Nabi Muhammad SAW berikutnya yakni Sayyidah Zainab. Dia adalah putri tertua Nabi yang lahir pada tahun ke-30 dari kelahiran Nabi Muhammad. Dia menikah dengan Abu al-Ash bin ar-Rabi.

Dari pernikahannya itu lahir seorang anak laki-laki yang diberi nama Ali (meninggal saat usia remaja) dan Umamah—yang nanti dinikahi Sayyidina Ali bin Abi Thalib setelah Sayyidah Fathimah wafat. Zainab wafat pada 8 H.

Putri Nabi Muhammad SAW ketiga yakni Sayyidah Ruqayyah. Dia lahir pada tahun ke-33 dari kelahiran Nabi Muhammad. Ruqayyah dinikahi oleh Ustman bin Affan. Dia tidak memiliki suami lagi selain Utsman.

Dari Utsman, dia memiliki seorang anak bernama Abdullah—yang meninggal di usia empat tahun. Tercatat, dia ikut hijrah sebanyak dua kali. Ruqayyah wafat ketika ketika Nabi berada di dalam Perang Badar—riwayat lain tiga hari setelah Perang Badar.

Muhammad bin Abdillah bin Abdul Muththalib bin Hasyim (bahasa Arab:محمد بن‌عبداللّه بن‌عبدالمطّلب بن‌هاشم) lahir pada Tahun Gajah, bertepatan dengan tahun 570 di kota Makkah dan wafat pada 11 H/632 di kota Madinah. Nabi Besar Islam Muhammad saw termasuk dari salah seorang nabi Ulul Azmi dan sebagai nabi Allah yang terakhir, sebagai pengemban Alquran yang merupakan mukjizat utamanya. Ia mengajak umat manusia untuk berakhlak dan menyembah Allah Yang Esa. Ia adalah seorang pemimpin bijaksana, perintis syariat, pembaharu umat dan juga termasuk seorang panglima perang.

Walaupun ia lahir di tengah-tengah masyarakat Arab yang musyrik, namun selama hidupnya, ia senantiasa menjauhkan diri dari penyembahan patung-patung berhala serta menjaga dirinya dari perbuatan-perbuatan buruk yang pada saat itu menjadi tradisi dalam masyarakat Arab Jahiliyah, Sampai pada akhirnya, di saat ia berusia 40 tahun, Allah melantiknya menjadi seorang Nabi. Pesan terpentingnya adalah mengajak umat manusia untuk bertauhid dan menyempurnakan akhlak. Walaupun kaum Musyrikin Makkah selama bertahun-tahun berlaku buruk kepadanya dan menyiksa sebagian dari pengikutnya, namun ia dan para pengikutnya sama sekali tidak melepaskan diri dari Islam. Setelah selama 13 tahun berdakwah di Makkah, akhirnya ia berhijrah ke Madinah. Hijrahnya ke Madinah adalah awal permulaan penanggalan Islam. Ia di Madinah telah menghadapi beberapa peperangan dengan pihak kaum Musyrikin yang akhirnya kemenangan berada di tangan kaum Muslimin.

Nabi saw dengan usaha dan jerih payahnya telah mengubah masyarakat Arab Jahiliyah dalam waktu yang singkat menjadi masyarakat yang bertauhid. Di masa hidupnya hampir seluruh masyarakat di semenanjung Arab telah memeluk Islam sebagai agama mereka. Dan pada periode selanjutnya hingga kini perkembangan Islam semakin terus berlanjut dan kini menjadi sebuah agama yang mendunia dan terus berkembang. Nabi saw telah berpesan kepada kaum Muslimin bahwa sepeninggalnya, hendaklah mereka berpegang teguh pada Alquran dan Ahlulbaitnya (lihat:Hadis Tsaqalain) dan jangan sampai terpisah dari keduanya. Hal tersebut disampaikannya dalam berbagai kesempatan, di antaranya pada peristiwa Ghadir, saat Imam Ali as dilantik sebagai khalifah sepeninggalnya kelak.

Peristiwa Isra' dan Mi'raj

Isra' dan mi'raj adalah perjalanan Rasulullah saw di suatu malam dari Mekah menuju Masjid al-Aqsha dan dari situ beliau naik ke langit. Syiah dan Ahlusunah - berdasarkan ayat dan riwayat mutawatir - tidak berselisih pendapat tentang terjadinya peristiwa mi'raj; namun mereka berselisih pendapat tentang perincian- perinciannya, seperti waktu, tempat, berapa kali, tata cara, fisik atau spiritualnya. Peristiwa ini terjadi pada periode terakhir menetapnya Rasulullah saw di Mekah. Rasulullah dalam mi'raj melihat ayat-ayat Allah dan roh-roh sebagian para nabi yang mulia.

Tidak lama setelah keluarnya Nabi saw dari lembah Syi'b Abi Thalib, dua orang dari pendukung setianya, Khadijah dan Abu Thalib meninggal dunia. Nabi saw pergi melakukan perjalanan ke Thaif untuk menarik simpati penduduk kota tersebut. Namun penduduk masyarakat Thaif tidak bertindak baik kepada Nabi dan iapun kembali ke Mekah. [37]

Kumpulan Ayat Alquran tentang Maulid Nabi, Lengkap dengan Penjelasannya

Dilansir dari Buku Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Kelas III MI, Nabi Muhammad SAW menikah dengan Sayyidah Khadijah radhiyallahu'anha yang pada waktu itu berumur 40 tahun. Sedangkan Nabi Muhammad SAW berusia 25 tahun.

Dalam perkawinannya, Nabi dianugerahi 6 putra-putri yaitu Qāsim, Abdullāh, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kulṡum dan Fāṭimah. Semua anak laki-laki Nabi wafat waktu masih kecil dan anak perempuannya yang masih hidup sampai Nabi wafat adalah Faṭimah.

Persiapan-persiapan Hijrah

Awal Perjalanan Ke Syam dan Ramalan Seorang Pendeta Nasrani

Para sejarawan menulis bahwa Muhammad ketika kecil pernah mengadakan perjalanan bersama Abu Thalib, pamannya ke Syam dan di pertengahan jalan pada sebuah tempat bernama Bashra seorang pendeta Nasrani bernama Buhaira melihat tanda-tanda kenabian pada dirinya. Ia pun berpesan kepada Abu Thalib untuk menjaga Muhammad dari bahaya gangguan kaum Yahudi sebagai musuhnya. Dikarenakan para rombongan telah menjauh dari Bukhaira, pendeta tersebut menahan Muhammad sejenak dan berkata kepadanya, "Aku bersumpah, demi Latta dan Uzza, apa yang aku tanyakan padamu, jawablah!" Muhammad saw menjawab, "Jangan bertanya kepadaku dengan nama Latta dan Uzza, karena sesungguhnya tidak ada yang lebih aku benci dari kedua nama tersebut." Kemudian Buhaira memberikan sumpah kepadanya dengan nama Allah swt.[11]

Dari peristiwa-peristiwa penting yang terjadi sebelum pernikahan Nabi Muhammad saw, adalah keikutsertaannya dalam sebuah perjanjian bernama Hilf al-Fudhul, di mana sebagian penduduk Mekah ketika itu juga ikut hadir dalam perjanjian tersebut supaya mereka "melindungi dari setiap orang yang terzalimi dan mengembalikan haknya". Nabi saw di kemudian hari memuji perjanjian ini dan mengatakan bahwa seandainya sekali lagi beliau diajak untuk mengadakan perjanjian semacam ini, beliau akan ikut serta. [12]

Ketika Muhammad saw berumur 25 tahun, Abu Thalib berkata kepadanya: "Rombongan Quraisy sudah mulai bersiap-siap untuk berangkat ke Syam. Khadijah binti Khuwailid telah memberikan modal kepada sekelompok dari keluargamu supaya mereka berdagang untuknya dan bersekutu dalam keuntungan. Jika engkau mau dia juga akan menerimamu." Kemudian dia berkata dengan Khadijah dan ia menerimanya. Ibnu Ishaq meriwayatkan bahwa Khadijah telah mengenal Muhammad dengan kepercayaan dan kebesaran yang dimilikinya, kepadanya dipesankan: Jika engkau siap berdagang dengan hartaku, aku akan membayar sahammu lebih tinggi dari yang lain. [13]

Setelah perjalanan dagang inilah Khadijah dinikahi Muhammad saw.

Nabi Muhammad saw menikah dengan Khadijah pada usia 25 tahun.[14] Khadijah menjalani kehidupannya dengan Nabi Muhammad kira-kira selama 25 tahun dan akhirnya pada tahun 10 kenabian ia meninggal dunia. Setelah Khadijah wafat, Nabi menikah dengan Saudah binti Zam'ah bin Qais. Dan istri-istri Nabi setelahnya adalah: Aisyah, Hafsah, Zainab binti Khuzaimah bin Harits, Ummu Habibah binti Abu Sufyan, Ummu Salamah binti Abu Umayyah Makhzumi, Zainab binti Jahsy, Juwairiyah binti Harits bin Abi Dhirar, Shafiyah binti Huyai bin Akhtab, dan Maimunah binti Harits bin Hazan dan Mariah binti Syam'un. [15]

Khadijah Kubra adalah Ibu dari seluruh putra dan putri Rasulullah saw kecuali anak Nabi yang bernama Ibrahim. Karena Mariah adalah ibu bagi Ibrahim. Anak-anak Nabi saw selain Fatimah sa seluruhnya meninggal dunia di masa hidup Rasulullah, dan silsilah keturunannya hanya diteruskan oleh Sayidah Fatimah sa. Secara keseluruhan nabi memiliki 3 orang putra dan 4 orang putri. Dan mereka adalah:

Urutannya putra dan putri Nabi Muhammad dilihat dari kelahiran

Sirah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam karya Imam Nawawi, Penerbit Pustaka Ibnu Umar

Ditulis oleh: Ruwaifi Tuasikal

Dikoreksi oleh:  Muhammad Abduh Tuasikal

Catatan 26 Agustus 2020

Lulusan S-1 Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dan S-2 Polymer Engineering (Chemical Engineering) King Saud University, Riyadh, Saudi Arabia. Guru dan Masyaikh yang pernah diambil ilmunya: Syaikh Shalih Al-Fauzan, Syaikh Sa'ad Asy-Syatsri dan Syaikh Shalih Al-'Ushaimi. Sekarang menjadi Pimpinan Pesantren Darush Sholihin, Panggang, Gunungkidul.

Permusuhan Quraisy dan Konsekuensinya

Ketika para pembesar Quraisy merasa khawatir dengan jumlah kaum muslimin yang kian bertambah, mereka datang menghadap Abu Thalib paman dan pelindung Nabi saw dan meminta kepadanya untuk menahan dakwah yang dimulai oleh keponakannya itu. Suatu hari mereka meminta kepadanya supaya Muhammad saw diserahkan kepada mereka untuk mereka bunuh dan sebagai penggantinya, dia berhak mengambil 'Umarah bin Walid seorang pemuda tampan dan menurut keyakinan mereka juga pintar. Abu Thalib berkata, "Aku harus menyerahkan anakku untuk kalian bunuh dan aku mendidik anak kalian? Alangkah sulit tugas itu." [30]

Kaum Quraisy dikarenakan terikat perjanjian dengan kabilah-kabilah lain, mereka tidak dapat mencelakai Nabi secara jiwa, karena jika hal itu terjadi maka mereka akan berhadapan dengan Bani Hasyim, dan kemungkinan ada hal-hal lain yang dapat menimpa mereka yang mungkin akan mempersulit mereka. Oleh karena itu, pertentangan mereka kepada Nabi hanya sebatas menjelek-jelekkan Nabi dan mencelakainya saja. Namun sikap mereka kepada orang-orang yang baru masuk Islam yang tidak mempunyai pelindung, mereka benar-benar menyiksanya. [31]

Kaum Quraisy sekali lagi datang menghadap Abu Thalib dan mereka meminta kepadanya untuk mencegah anak saudaranya itu untuk tidak menindaklanjuti langkah yang telah ia ambil. Kemudian Abu Thalib menyampaikan hal tersebut kepada anak saudaranya itu dan Nabi saw menjawab:

Putra-Putri Nabi Muhammad

Dikutip dari buku Hidup bersama Rasulullah Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam karya Daeng Naja, berikut putra-putri Nabi Muhammad SAW:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Qasim lahir di Makkah sebelum Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi nabi. Kelahiran Qasim ini membuat Nabi Muhammad SAW dijuluki Abu Qasim atau 'Bapaknya Qasim'. Namun, Qasim meninggal pada usia 2 tahun.

Anak kedua Rasulullah SAW adalah Sayyidah Zainab binti Muhammad. Putri Rasulullah SAW ini dinikahkan dengan sahabat Abu Al Ash bin Ar Rabi, yang kemudian dikaruniai dua anak bernama Ali dan Umamah.

Abu Al Ash bin Ar Rabi mengucap dua kalimat syahadat dan mengikuti agama istri dan mertuanya dan pindah ke Madinah. Sayyidah Zainab kemudian meninggal dunia pada 8 Hijriah meninggalkan suami dan anaknya.

Nabi Muhammad SAW kemudian dikaruniai anak ketiga, yaitu Sayyidah Ruqayyah binti Muhammad. Sayyidah Ruqayyah dinikahkan dengan sahabatnya, Utsman bin Affan, dan dari pernikahan tersebut lahirlah seorang putra bernama Abdullah.

Ketika tinggal di Madinah, mereka menghadapi ujian dengan wafatnya putra tunggal mereka pada usia 6 tahun. Tidak lama kemudian, Sayyidah Ruqayyah sakit dan dikabarkan meninggal dunia ketika Rasulullah SAW sedang berada di medan Perang Badar.

Anak keempat Nabi Muhammad SAW adalah Ummu Kultsum. Ummu Kultsum menikah dengan Utbah bin Abu Lahab, namun Utbah menceraikannya sebelum mereka sempat hidup bersama.

Setelah itu, Ummu Kultsum menikah dengan Utsman bin Affan setelah istri Utsman, Ruqayyah, meninggal dunia. Ummu Kultsum, putri keempat Rasulullah SAW dari Siti Khadijah, meninggal pada 9 Hijriah.

Putri Nabi Muhammad SAW yang paling terkenal dan sering kita dengar dalam berbagai riwayat adalah Sayyidah Fatimah Az Zahra. Sayyidah Fatimah adalah anak kelima Nabi Muhammad SAW dan putri yang sangat beliau cintai. Ia lahir lima tahun sebelum Rasulullah SAW menerima wahyu pertama.

Sayyidah Fatimah kemudian dinikahkan dengan Ali bin Abi Thalib RA, dan dari pernikahan tersebut, mereka dikaruniai lima orang cucu untuk Rasulullah SAW, yaitu Hasan, Husein, Zainab, Ummu Kultsum, dan Muhassin.

Putra terakhir Nabi Muhammad SAW dari Siti Khadijah adalah Abdullah. Abdullah lahir setelah Nabi Muhammad SAW diangkat sebagai rasul, dia lahir di masa permulaan Islam setelah turunnya wahyu. Namun, Abdullah meninggal di Kota Makkah ketika dia masuk kanak-kanak

Nabi Muhammad SAW juga memiliki putra dari istrinya, Mariyah Al Qibthiyah. Keturunan beliau yang juga menjadi putra bungsunya ini bernama Ibrahim.

Ibrahim lahir pada 8 Hijriah di Madinah. Sayangnya, Ibrahim meninggal dunia ketika usianya baru mencapai 17 atau 18 bulan. Dia wafat pada 10 Hijriah. Rasulullah SAW pun sangat bersedih dengan kepergiannya.

Peperangan dan konflik di Madinah

Semenjak Nabi saw mengikat perjanjian Aqabah kedua dengan penduduk Madinah, telah diperkirakan bahwa pertempuran berdarah tak akan terelakkan lagi.[52] Perang pertama yang diikuti Rasulullah atau dikenal dengan ghazwah terjadi pada tahun kedua setelah hijrah di bulan Safar yang mana ghazwah tersebut dinamakan Abwa dan atau Waddan. Pada pengiriman pasukan kali ini tidak terjadi pertempuran. Setelah itu terjadi ghazwah Buwath pada bulan Rabi al-Awal yang juga tidak terjadi pertempuan di dalamnya. Pada Jumadil Awal diberitakan bahwa akan ada rombongan Quraisy yang dipandu oleh Abu Sufyan dari Mekah menuju Syam. Nabi menyusul mereka sampai ke tempat yang bernama Dzat al-'Asyirah namun rombongan itu sudah melewati tempat tersebut. Peperangan gazwah ini tidak memberikan hasil karena ada beberapa orang yang menjadi mata-mata musuh di dalam kota Madinah yang memberitahu tentang rencana-rencana Nabi saw dan sebelum pasukan bergerak, mata-mata itu menyampaikan diri mereka menuju rombongan musuh dan mereka diberitahu tentang bahaya yang akan menghadang. Dengan begitu para rombongan merubah haluan perjalanan mereka atau lebih mempercepat waktu perjalanan mereka.[53]

Akhirnya pada tahun kedua hijriah tersebut, terjadilah pertempuran militer yang sangat penting antara kaum muslimin dan kaum musyrikin. Dalam pertempuran yang dikenal dengan perang Badar, meskipun jumlah kaum muslimin lebih sedikit dari orang-orang Mekah, namun mereka mampu meraih kemenangan dan banyak dari kaum musyrikin yang tewas terbunuh dan menjadi tawanan dan selainnya melarikan diri.[54] Dalam perang ini Abu Jahal dan sebagian lainnya yang berjumlah kurang lebih 70an orang dari para pembesar dan keturunan para pembesar tewas dan sejumlah itu pula tertawan. Dan dari pihak muslimin hanya 14 orang yang syahid. Dalam peperangan Amirul Mukminin Ali as, selain pengorbanan-pengorbanan dan bantuan serta pertolongan yang beliau lakukan untuk Nabi saw, beliau juga membentengi pasukan Islam dan berhasil membunuh beberapa orang (36 atau 37 orang Quraisy terbunuh di tangannya) dari pejuang-pejuang Mekah yang terkenal dengan keberanian mereka dan dengan keberanian beliau jugalah kemenangan pasukan Islam berhasil diraih.[55]